Fenomena hujan es kembali terjadi di Surabaya pada selasa kemarin, 21 Februari 2022. Menurut Ady Hermanto, selaku koordinator Prakirawan BMKG Tanjung Perak, penuturannya pada JawaPos.com menyebutkan fenomena hujan es di Surabaya terjadi pertama kali setelah 4 tahun yang lalu tahun 2019. Fenomena hujan es yang terjadi tidak dapat diprediksi durasi lamanya dan kapan akan terjadi. Namun Ady Hermanto memberikan penjelasan jika hujan es terjadi, bisa dipastikan bersifat local/sempit. Artinya jika fenomena hujan es di Surabaya terjadi di lokasi bagian barat, maka di Suabaya Utara maupun Surabaya Timur belum tentu juga terjadi. Konfirmasi dari Detik.com, hujan es di Surabaya kemarin tejadi di 26 daerah. Tersebar antara Surabaya Barat dan Surabaya Selatan. Hujan es di Surabaya kemarin terjadi sekitar 30 menit saja. Hujan es ditandai dengan datangnya Awan Cumolonimbus (Awan CB) dan hujan deras disertai angin yang sangat kencang. Akibat terjadinya hujan es dengan angin kencang kemarin, dilaporkan beberapa pohon tumbang serta beberapa rusaknya genteng perumahan warga Surabaya.
Salah satu yang termasuk dalam penyebab hujan es sering dikaitkan dengan isu pemanasan global. Kepala Stasiun BMKG DIY, Reny Kraningtyas melalui HarianJogja.com turut membenarkan. Reny memaparkan bahwa secara tidak langsung hujan es adalah dampak pemanasan global, dipicu efek rumah kaca yang menyebabkan urban heat island. Fenomena urban heat island membuat fluktuasi suhu yang tajam dan memungkinkan hujan es sering terjadi. Efek rumah kaca terjadi disebabkan terlepasnya gas rumah kaca di atmosfer sehingga merusak lapisan ozon bumi. Gas rumah kaca paling banyak dihasilkan oleh pembusukan sampah plastik, serta kesalahan dalam pengelolaan sampah plastik. Sampah plastik yang terbengkalai di TPA terkadang hanya menumpuk dan tidak dikelola. Hal ini memungkinkan sampah plastik terpapar sinar matahari dan melepaskan gas metana. Selain itu, tidak sedikit pula yang memusnahkan sampah plastik dengan cara dibakar. Dari salahnya pengelolaan sampah plastik akan menyebabkan bertambahnya gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Lantas adakah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca?.
Pengelolaan sampah plastik yang benar adalah jawabannya. Untuk melakukan pengelolaan sampah plastik dan mengurangi emisi gas rumah kaca membutuhkan para pemangku kepentingan dan para pelaku usaha untuk membuat solusi bersama. Sampah plastik seperti botol plastik dapat diolah dengan cara daur ulang agar menghasilkan biji plastik kembali. Pembuatan biji plastik dari daur ulang akan menggantikan penggunaan biji plastik original. Hal ini tentu merupakan langkah positif. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembusukan sampah, kegiatan daur ulang botol plastik juga mengurangi emisi gas rumah kaca dari proses pembuatan biji plastik original. Selain itu, bagi seluruh masyarakat juga dapat turut terlibat dengan cara memulai menerapkan strategi zero waste. Masyarakat dapat menggunakan prinsip reuse dan recycle untuk kebutuhan hari- hari. Hal ini termasuk dengan disiplin tidak menggunakan produk plastik sekali pakai.